Monday, February 9, 2009

KERANGKA EKONOMI MAKRO

. Monday, February 9, 2009

Kerangka ekonomi makro Rencana Pembangunan Nasional (Repenas) Transisi merupakan gambaran ekonomi makro tahun 2005–2006 yang diupayakan melalui langkah-langkah kebijakan untuk menghadapi tantangan pembangunan yang dihadapi dalam kurun waktu tersebut.Kebijakan pemerintah sangat menentukan dalam tercapainya kemajuan ekonomi. Masyarakat sejahtera dengan daya beli yang tinggi tentu


menjadi dambaan setiap negara. oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan-kebijakan dalam meningkatan pertumbuhan ekonomi dinegara ini.
A. KONDISI EKONOMI SAMPAI TAHUN 2003 DAN PERKIRAAN TAHUN 2004
Secara singkat kondisi ekonomi sampai tahun 2003 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, stabilitas moneter semakin mantap sejak memasuki tahun 2002 tercermin dari stabil dan menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga; serta meningkatnya cadangan devisa. Kedua, sektor riil belum pulih, tercermin dari lemahnya investasi dan kinerja ekspor non-migas yang pada gilirannya mengakibatkan rendahnya pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor industri.
Di sisi MONETER, sejak memasuki tahun 2002, kurs rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat. Dalam tahun 2003, rata-rata harian kurs rupiah mencapai Rp 8.578,- per dolar AS atau menguat sekitar 8,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan kurs rupiah, kinerja pasar modal juga menunjukkan perbaikan yang berarti. Pada akhir tahun 2003, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) mencapai 691,9 atau menguat 62,8 persen dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya.
Menguatnya nilai tukar rupiah serta terkendalinya pertumbuhan uang primer yang dalam tahun 2003 tumbuh sekitar 11,0 persen turut membantu mengendalikan kenaikan harga rata-rata barang dan jasa. Pada tahun 2003, laju inflasi menurun menjadi sekitar 5,1 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2002 yaitu sekitar 10,0 persen.
Terkendalinya laju inflasi memberi ruang gerak bagi penurunan suku bunga. Suku bunga rata-rata tertimbang SBI 1 bulan turun dari 13,0 persen pada bulan Desember 2002 menjadi 8,3 persen pada bulan Desember 2003. Secara bertahap suku bunga deposito 1 bulan menurun dari 12,8 persen pada bulan Desember 2002, menjadi 6,6 persen pada bulan Desember 2003. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja menurun dari 18,3 persen pada bulan Desember 2002 menjadi 15,1 persen pada bulan Desember 2003; sedangkan suku bunga kredit investasi menurun dari 17,8 persen menjadi 15,7 persen dalam periode yang sama.
Meskipun menurun, selisih antara suku bunga pinjaman dan simpanan (spread) masih tetap tinggi. Selisih antara suku bunga kredit modal kerja dengan suku bunga deposito 3 bulan pada bulan Desember 2003 mencapai 7,9 persen; lebih tinggi dari bulan Desember tahun 2002 (sekitar 4,6 persen).
Di sektor PERBANKAN, meskipun kredit yang disalurkan kepada masyarakat pada akhir Desember 2003 meningkat menjadi Rp 437,9 triliun atau naik rata-rata 22,5 persen dalam
keseluruhan tahun 2003, rasio penyaluran dana masyarakat terhadap penghimpunan dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio – LDR) masih relatif rendah. Pada bulan Oktober 2003, LDR tercatat 42,4 persen; masih jauh lebih rendah dibandingkan sebelum krisis (sekitar 70–80 persen). Pada tahun 2003, rasio kredit terhadap PDB meningkat menjadi 24,5 persen; lebih tinggi dari tahun 1999 (sekitar 20,5 persen); namun masih jauh lebih rendah dibandingkan sebelum krisis (sekitar 50–60 persen).
Terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar mata uang serta membaiknya perekonomian dunia meningkatkan kinerja sektor EKSTERNAL yang pada gilirannya meningkatkan cadangan devisa. Penerimaan ekspor pada tahun 2002 meningkat menjadi US$ 57,2 miliar atau naik 2,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selanjutnya dalam keseluruhan tahun 2003, penerimaan ekspor mencapai US$ 61,0 miliar atau naik 6,8 persen dibandingkan tahun 2002; terutama didorong oleh ekspor migas yang naik sekitar sekitar 12,6 persen; sedangkan ekspor non-migas meningkat sekitar 5,2 persen.
Meningkatnya penerimaan ekspor migas terutama didorong oleh harga ekspor minyak mentah yang masih cukup tinggi di pasar internasional berkaitan dengan memanasnya dan belum pulihnya situasi keamanan di Timur Tengah. Harga ekspor minyak mentah Indonesia di pasar internasional meningkat dari rata-rata US$ 24,6/barel pada tahun 2002 menjadi US$ 28,8/barel tahun 2003.
Membaiknya perekonomian dalam negeri pada tahun 2003 meningkatkan kebutuhan impor menjadi US$ 32,4 miliar atau naik 3,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh kenaikan impor migas dan non-migas masing-masing sebesar 14,4 persen dan 0,4 persen. Adapun menurut golongan barang, impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong meningkat masing-masing sebesar 6,9 persen dan 6,3 persen; sedangkan impor barang modal masih menurun sebesar 14,0 persen.
Dalam tahun 2003 total jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia melalui 13 pintu masuk hanya mencapai 3,7 juta orang, turun sekitar 9,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh belum pulihnya iklim pariwisata di Indonesia pasca Tragedi Bali serta meningkatnya ketidakamanan internasional berkaitan dengan merebaknya aksi terorisme di beberapa belahan dunia. Meskipun dalam keseluruhan tahun 2003 masih menurun, sejak triwulan III/2003 arus wisatawan asing mulai pulih. bersambung>>>>

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Isikan Saran Komentar Anda!

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com