Wednesday, January 21, 2009

Cermin Pendidikan Kita

. Wednesday, January 21, 2009

Pendidikan dasar merupakan fundamental dari semua pendidikan pada jenjang selanjutnya. Pendidikan dasar adalah sarana dan wadah untuk membentuk karakteristik bagi seorang anak didik.Proses penentuan keberhasilan seorang siswa adalah bagaimana mengolah (memeneg) lembaga ini dengan sebaik-baiknya, selain faktor dari keluarga dan lingkungan. Memang, tidak bisa kita anggap enteng dan remeh dalam menanganinya. Jika kurang tepat dalam mengambil tindakan maka akan berpengaruh buruk pada jenjang-jenjang berikutnya


( SMP, SMU maupun Perguruan tinginya ). Beberapa faktor pendukung keberhasilan lembaga ini diantaranya adalah : sekolahan (kepala sekolah, guru, kurikulum, sarana dan prasarana), lingkungan kondusif (masyarakat dan keluarga) dan persoon itu sendiri. Secara mata rantai faktor-faktor diatas tak dapat berdiri sendiri, namun yang paling dominan adalah faktor "guru”.

Mutu Guru Sekolah Dasar
Keadaan guru di Indonesia memang kekurangan namun kualitasnya juga memprihatinkan, khususnya pada tingkatan guru SD. Mengapa demikian, sesuai keadaan yang sebenarnya yang terjadi di sekolah-sekolah dasar perekrutan guru-guru terkesan sembarangan dan jauh dari aturan-aturan. Banyak lulusan SMU bahkan SMP yang nota bene secara psikologis belum mampu terjun dalam bidang pendidikan lebih-lebih menangani anak-anak yang masih perlu bimbigan dan kasih sayang, ibarat orang tua terhadap anaknya.
Menjadi pertanyaan besar, apakah cukup dengan modal pengetahuan 2 + 2 = 4 ? lalu begitu saja menjadi guru. Atau karena dia anak seorang guru, daripada menganggur tak mempunyai pekerjaan lalu menjadi seorang guru ?. inilah keaadaan realitasnya yang terjadi dibanyak daerah-daerah terpencil.
Anda bayangkan sendiri, anak-nak kita di SD itu ibaratkan tanaman kedelai yang berumur satu minggu. Jika anda berikan pada orang yang tidak mengerti pertanian, hasil yang akan anda peroleh adalah kegagalan berpanen. Belum lagi sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) yang terkesan kurang serius, banyak ibu mapun bapak guru terlihat santai di jam-jam pelajaran, sementara siswa diberikan pekerjaan mencatat walau mereka tak tahu apa sebenarnya isi yang ia catat. Sungguh terlalu dan memprihatinkan. Belum lagi ada sebagian ibu guru yang asyik ngobrol sambil menikmati weci di kantin-kantin sekolah dengan ketawa-ketiwinya mereka lupa beban amanah yang diberikan oleh negara kepada dirinya ( PN red). Wajar suasana kelas ramai tak terkontrol dan tingkat keberhasilan sekolah masih di bawah standar. Sebagai contoh, jika jumlah siswa per kelas 40 anak dan 4 anak yang pandai sementara36 anak yang bodoh maka itu sama dengan kegagalan. Tapi anehnya justru 4 anak tersebut yang menjadi tolak ukur dan diberikan perhatian lebih sementara 36 anak dibiarkan saja. Adalah tugas kepala sekolah (pimpinan tinggi sekolah) untuk segera membenahi dan selalu menegur maupun memberikan sanksi bagi bawahannya yang indisipliner.

Kurikulum Sekolah Dasar
Faktor lain dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah kurikulum sekolah. Upaya pemerintahan ini perlu adanya peninjauan kembali terutama aspek mata 9 tahunpelajaran yang kita anggap sangat sulit. Anak usia penalarannya sangat minim sekali, mereka lebih senang belajar sambil bermain. Kepadatan materi yang disajikan tak mampu difahami oleh anak-anak tersebut. Sesuatu itu harus pada ukurannya masing-masing, jika dipaksa kegagalan yang kita dapatkan
Tidak mungkin mengajarkan sesuatu kepada anak yang tidak ada bendanya. Materinya makhluk hidup tapi benda yang disajikan hanya gambar, bukan keadaan sesungguhnya. Anak SD butuh pengalaman belajar, butuh bukti konkrit tetntang apa yang ia pelajari. Survei membuktikan tingkat kesulitan anak SD kelas V hampir mirip dengan anak SMP kelas VII. Padahal kejiwaan anak-anak itu jelas berbeda.
Metode Mengajar Guru
Banyak guru dalam penyampaian materi dengan cara tatap muka saja tanpa dimbangi praktek ke lingkungan. Membosankan, menjenuhkan dan rasa mengantuk itu yang sering terjadi dalam kelas. Kontrol guru terhadap situasi anak kurang bagus, ada saat serius adapula saat-saat santai. Banyak metode yang sudah dipraktekan bahkan di negara-negara maju pun sudah berkembang pasat. Kontruksivisme yaitu menggali pengalam anak untuk berani bicara lalu menceritakannnya di dalam kelas, ini yang harus kita kembangkan lebih bagus lagi. Jika semua aspek diperhatikan maka keberhasilan pun akan kita raih bersama, namun jika unjuk kerja guru dengan segala tanggungjawabnya yang demikian besarnya sering diabaikan maka kehancuran negara yang dimulai dari hancurnya sendi pendidikan yang akan kita raih. Wallohu ’alam.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Isikan Saran Komentar Anda!

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com